Perkenalkan namaku Ilham. Aku terlahir dari
seorang keluarga yang berkecukupan dan saat ini sedang duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama kelas 3. Sedangkan adikku masih di kelas 1.
“Alhamdulillah yah bang sesuatu
, saat ini kita bisa sekolah sampai setinggi ini yaitu di tingkat Menengah
Pertama seperti sekarang ini ” kata adikku.
“Iya” jawabku
singkat.
“Yah… semua ini berkat kerja
keras ibu dan ayah mulai pagi hingga menjelang malam ” lanjutnya.
“Pasti itu, maka dari itu mulai
sekarang kita harus bisa bahagiain ibu dan ayah” cetusku.
“Baiklah bang” jawab
adikku.
Darisini sudah sepatutnya sebagai seorang anak harus
menyadari betapa besarnya kasih sayang dari orang tua.
Hingga suatu hari kami kami berkumpul.
“Mengapa setiap hari ibu dan ayah
selalu bekerja keras mulai pagi hingga menjelang malam ?” tanyaku sambil memandang mereka
“Ibu dan ayah kerja keras seperti ini
semata-mata hanya untuk kesuksesan kalian berdua. Kami rela melakukan semua ini
walaupun sampai titik darah penghabisan asalkan kalian bahagia di masa depan
nanti” jawab mereka panjang lebar.
“Iya kami tau, tapi kami juga
merasa kurang mendapat perhatian lebih dari kalian. Sebenernya kami ingin share
ke kalian tentang pengalaman di sekolah mulai dari teman, musuh, guru,
pelajaran sampai orang yang kita sukai. Apa mungkin kalian bisa meluangkan
waktu sejenak untuk bisa share bareng kayak dulu lagi ?” cetusku.
“Kalau gitu, maafkan kami, Nak”
“Ehmmm… okedeh Bu.. Yah.. Kami
berbicara seperti itu karena tidak ingin ada beban di pikiran yang bisa
mengganggu belajar di sekolah” jawabku.
“Baiklah ! Aku mengerti. Tapi
saat ini waktu udah malam, lagian aku juga ngantuk. Jadi saatnya kami semua untuk
tidur” sahut adikku.
Setelah itu aku pun sempat berfikir “kapan ya bisa kumpul bareng lagi
dengan keluarga seperti itu tadi ?”.
Oh
ya, salah satu hal yang terpenting dari orang tuaku adalah tidak pernah lalai
dengan hari kebahagiaan saudar-saudaranya terutama anaknya. Yah… bisasalah
mereka kan selalu jadi orang paling istimewa di saat hari kebahagiaan itu
berlangsung.
Hingga suatu saat tak terasa sudah menginjak tanggal 20 Agustus. “Wah, 4 hari
lagi aku ulang tahun” ujarkudengan perasaan yang sangat senang. Namun,
disela-sela kesenangan itu aku pun sempat berfikir negatif terhadap kedua orang
tuaku “Gimana ya kalo misalnya
ibu dan ayah seakan lupa dengan hari itu ? Apakah mereka lebih mementingkan
pekerjaannya dibandingkan aku ? Tapi mudah-mudahan tidaklah” pikirku.
Nggak terasa dua hari telah berlalu, lusa adalah hari yang paling kutunggu
tunggu yaitu hari ulang tahunku. Tetapi mengapa tidak terlihat adanya persiapan
untuk merayakan hari kebahagiaan itu ?.
“Apa mungkin mereka udah nggak
peduli sama aku lagi ?” ucapku
sedih.
Ehhmm… tapi biar sajalah ! Mungkin mereka sudah mengira
kalau aku udah gede, jadi nggak perlu lagi hari itu harus dirayain.
“Oke.. aku rela hari ulang
tahunku nggak dirayain, tapi akuharap mereka masih memberikan ucapan “SELAMAT HARI ULANG TAHUN” kepadaku tepat di hari itu. Menurutku
itu aja juga udah cukup kok” harapku.
Detik demi detik berlalu hingga berganti menit, menit pun berlalu hingga
berganti jam dan jam pun juga berlalu hingga mengantarkan hari dan tanggal
untuk segera berubah. Di saat itu sang surya pun mulai terbit untuk menerangi
seisi dunia di pagi itu. Kemudian “Horeeee… hari ini adalah hari ulang
tahunku” sorakku dalam hati.
Hari ulang tahunku saat ini kebetulan jatuh tepat di hari Rabu yang juga
bersamaan dengan liburan semester.
Tak lama di saat itu, Tok…
Tok… Tok ! Ada seseorang yang
mengetuk pintu kamarku.
“Siapa disana ?” tanyaku
pada seseorang yang mengetuk pintu kamarku itu.
“Ini Azizah, abang” jawabnya
“Oh, ternyata kamu dek. Kirain
siapa ? masuk aja” jawabku
setelah itu.
“Siipp deh bang”
“Ehmm… Tumben pagi-pagi gini
udah bangun biasanya kan molor, hahaha” ledekku.
“Ah.. dasar orang ngeledekan” jawabnya.
“Iya deh maaf, abang kan cuma
bercanda. Emang ada apa kok pagi-pagi udah nyamperin aku ?”
“Okelah kalo begitcu.
Sekarang tanggal 24 Agustus kan bang ?” tanya
adikku.
“Gatau! Emang kenapa ?” jawabku sambil pura-puta nggak tahu.
“Happy birthday abang. Longlife
ya, wish you all the best and God Bless You always” ucapnya.
“Oh, makasih bangeeet ya dek” balasku.
“Sama-sama abang”
Tak terasa, ternyata kami sudah lama berbincang-bincang.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk segera keluar dai kamar dan bergegas menemui
kedua orang tuaku. Dan ternyata saat itu mereka terlalu terburu-buru untuk
segera pergi ke kantor sehingga tidak sempat memberikan ucapan “SELAMAT HARI ULANG
TAHUN” itu
kepadaku.
“Yah… rasanya sedih dan kecewa
banget pastinya”
Detik demi detik seakan terlalu cepat untuk berlalu. “Apakah tidak ada kebahagiaan lagi
untukku selain dari adikku ? Apakah mereka semua lupa tau mungkin hanya lupa
yang disengaja ?” pikirku
sedih.
Sang surya pun kembali terbenam yang merupakan pertanda akan tiba datangnya
malam. Namun tidak ada kejadian yang istimewa di hari itu. Semua berjalan
seperti biasa. Dan seakan hari itu terasa tak berguna lagi untukku. Untuk yang
kedua kalinya, aku pun berfikir negatif lagi mengenai kedua orang tuaku “Apakah
orang tuaku sudah tidak memperdulikanku lagi ? Apakah aku sudah tidak berguna
lagi bagi mereka ?”.
Di
saat sedang merenung karena merasa kesepian, akhirnya aku pun memutuskan untuk
nyanyi lagunya vierra dengan judul kesepian yang sesuai dengan keadaanku saat
ini.
“Dimana.. kamu dimana..
disini.. bukan
Kemana.. kamu kemana..
kesini.. bukan
Katanya pergi sebentar
ternyata lama…
Tahukah aku sendiri
menunggu kamu..
Jangan pergi-pergi lagi
aku tak mau sendiri
temani aku tuk sebentar saja
agar aku tak kesepian”.
Tak lama setelah itu, adikku datang menghampiriku.
Kemudian dia berkata “Sabar ya
bang, mungkin ibu dan ayah terlalu mementingkan pekerjaannya sehingga harus
lalai dengan kebahagiaanmu. Tapi ingatlah kata mereka saat itu bahwa “IBU DAN AYAH KERJA KERAS SEPERTI
INI SEMATA-MATA HANYA UNTUK KESUKSESAN KALIAN. KAMI RELA MELAKUKAN SEMUA INI
MESKIPUN SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN ASALKAN KALIAN BAHAGIA DI MASA DEPAN
NANTI” nasihat adikku
panjang lebar.
“Iya dek, makasih ya udah
diingingetin. Nggak seharusnya abang merenung kayak itu tadi” ujarku.
“Samasama abang. Nah, gitu dong
cemunguuut. Oh ya bang, hidup jangan dibuat sedih dan susah tapi dibuat happy
aja” cetus adikku.
“Okelah” jawabku singkat.
Akhirnya beberapa jam sudah meninggalkan hari ulang tahunku dan kini pun telah
berganti menjadi kamis dan tanggal 25 Agustus. Namun, masih ada rasa sedih dan
kekecewaan yang mungkin tertinggal sehingga secara tak sadar aku pun mengatakan “buat apa hari itu terjadi untukku
jika tidak ada kebahagiaan saat itu dan melainkan hanyalah rasa sedih dan
kecewa yang kurasakan”.
Berjalan beberapa hari setelah itu kedua orang tuaku menghampiriku
“Ada apa Bu.. Yah.. ? tanyaku
“Nggak apa-apa, Nak. Kami hanya mau
meminta maaf. di saat itu kami terlalu mementingkan pekerjaan dibandingkan
dengan kebahagiaanmu tepat di hari ulang tahunmu” jawab mereka.
“Iya, nggak apa-apa kok. Aku
mengerti dengan apa yang dilakukan ibu dan ayah di saat itu” sahutku.
“Terima kasih karena kamu udah
bisa mengerti dengan ibu dan ayah” ucap mereka.
“Samasama” jawabku singkat.
Akhirnya mereka mengajakku ke suatu tempat. “Entahlah!
Kemana mereka mengajakku ?” pikirku.
Ternyata mereka mengajakku ke sebuah restaurant yang cukup terkenal yaitu “Lesehan Podojoyo” untuk makan malam bareng. “Wah, nggak nyangka banget men” ucapku. Saat itu ibu langsung
memesan 3 ikan gurami, 1 ayam panggang, 4 nasi putih dan menu lainnya. Sambil
menunggu makanan datang, kami saling berbagi pengalaman. Kira-kira 30 menitan
di situ
“Pulang yuk, kita udah lama disini
lagian aku juga udah capek” ucap
adikku. Akhirnya kami pun memutuskan untuk segera beranjak pulang ke rumah.
Saat tiba di rumah, “Masih ada
kejutan satu lagi untukmu, Nak” ucap
ibu dan ayah.
“Betulkah ? Wah, nggak nyangka
lagi deh. Apa itu, Bu.. Yah ?” tanyaku penasaran.
“Ya, betul. Lihat saja sendiri” jawab
mereka.
Dan ternyata kejutan itu berupa kado yaitu sebuah
computer.
“Ini kado yang tidak seberapa dari
kami, Nak” kata mereka.
“Wah, computer ? Ini adalah kado
yang sejak dulu ku harapkan. Terima kasih ibu dan ayah yang udah memberiku
computer ini. Computer ini sangat berarti besar bagi Ilham karena fasilitas
belajarnya lebih lengkap sehingga dapat belajar lebih giat lagi” jawabku panjang lebar dengan perasaan
yang sangat senang.
“Ya, samasama” jawab mereka singkat.
“
Mulai detik ini aku tidak boleh berfikir negatif terhadap kedua orang tuaku.
Bukan hanya itu, di sepanjang perjalanan hidupku mereka rela bekerja keras dan
selalu membawa kebahagiaan demi kesuksesanku di masa depan nanti. Saat ini aku
hanya bisa tersenyum senang sambil melihat mereka. Terima kasih ibu dan ayah
kasih sayangmu tidak akan terganti oleh apapun. Karena kalianlah orang terindah
dalam hidup dan matiku sekarang.. esok.. dan selamanya..” J